Bodyshaming Si Pemicu Depresi
FRESHSUAKAONLINE.COM- Hai Fresh Reader, semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan untuk tidak menghina ciptaan-ciptaan-Nya. Salah satunya dengan bodyshaming atau citra tubuh yaitu perilaku mengejek yang dilakukan oleh orang kepada orang lain yang dianggap lemah. Mirip- mirip dengan bullying yang terjadi karena ada semacam ketidakseimbangan power ada yang mengejek dan diejek. Perlu diketahui juga bahwa bodyshaming itu bukan saja berasal dari orang lain, tapi bisa juga muncul dari diri sendiri yang berpikiran tidak memiliki bentuk tubuh yang proporsional loh.
Menurut dosen Fakultas Psikologi Rika Rahmawati, kepribadian seseorang itu terdiri dari dua kategori. “Dilihat dari psikologi kepribadian setiap orang memiliki dua kategori yang pertama adalah ideal self dan yang kedua real sel. Real self adalah apa adanya individu, sedangkan ideal self yaitu soal proporsional,”paparnya pada Fresh Crew, Selasa(13/3/2018).
Rika sapaan akrabnya menerangkan b orang normal itu bisa stress. Bahkan semua orang butuh stress untuk memotivasi hidupnya. Serupa agresi, dan agresivitas tidak selamanya buruk semisal pemain sepak bola juga butuh agresivitas untuk menendang atau memasukan bola ke gawang. Bercanda yang berlebihan dalam artian sampai membuat orang lain tersinggung bisa menyebabkan stress dan depresi juga.
Menjadi berbahaya bila stress itu berlebihan yang ujung-ujungnya dapat memicu depresi. Pada prinsipinya setiap orang memiliki ketahanan mental yang berbeda- beda. Kalau orang tersebut kuat dan mampu mengatasi stressnya dengan baik ia akan menerima apa adanya dirinya. Lain halnya bila ketahanan orang tersebut rapuh. Orang yang bermental rapuh ketika diejek hanya bisa diam, tidak melawan dan menelan bulat-bulat.
Meski hati kecil ingin memberontak tapi apa daya, bila itu terjadi maka timbul depresi. Meredam dan memendam sendiri di sisi lain tidak punya skill untuk mengatasi stress yang menimpa. Ujungnya berdampak pada bunuh diri, penggunaan obat atau sesuatu yang mengarah ke hal yang destruktif untuk dirinya sendiri.
Bodysahaming apalagi dalam media televisi (acara lawakan) sering kita saksikan. Rika pun merasa miris dengan adanya fenomena tersebut.“Suka sedih kenapa sih ketawa itu harus dengan mengejek orang dan orang yang diejek pun ikut tertawa menertawakan dirinya sendiri. Ya sudahlah ini pekerjaan saya begini, tapi itukan di TV dan ditonton sama orang. Orang mencontoh akhirnya jadi kebiasaan.”
Tanggapan soal bodyshaming, ia melihat dari dua sisi sama seperti bullying ada ketidakseimbangan power ada yang menjadi pelaku, ada yang menjadi korban. Ketika dulu ada istilah Kutilangdara (Kurus, tinggi, langsing dada rata) di Eropa bentuk tubuh macam itu malah menjadi model. Hingga banyak orang yang mengalami anareksi merfosa. Ketika makan dimuntahkan lagi demi menjaga kekurusan tubuh dan memuaskan rasa laparnya tanpa memikirkan nutrisi terserap atau tidak. Padahal badan yang ideal adalah tubuh yang sehat, tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gendut.
Sependapat dengan Rika, mahasiswi Sastra Inggris, Diva Aprilliani, turut menyayangkan perilaku bodyshaming yang dianggap wajar. “Karena apapun yang bercanda lewat fisik tuh enggak baik dan bagi Diva sendiri ya, bodyshaming itu bakal ngena ke orang kalo itu emang ngena ke dia, beda sama orang yang muka tembok, dibilang berkali–kali gendut juga nggak akan mempan,” tuturnya via surel, Selasa (13/3/2018).
Ternyata bodyshaming sangat berbahaya terhadap psikis seseorang dan bisa mengakibatkan depresi. Yuk Fresh Reader lebih bijak dan arif lagi dalam bergaul. Have a nice day.
Fresh Crew : Anisa Dewi A
Editor Fresh : Septian Setiawan