Jangan Percaya Siapapun. Jatuh? Bangkit Lagi
Judul : Captain Marvel
Pemeran : Brie Larson, Samuel L. Jackson, Jude Law, Anette Bening, Ben Mendelsohn
Sutradara : Anna Boden, Ryan Fleck
Genre : Action, Adventure, Thriller
Durasi : 124 Menit
Tanggal Rilis : 06 Maret 2019 (Indonesia)
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Ia digadang-gadang merupakan salah satu hero di serial Marvel yang terkuat, meskipun ia seorang wanita, siapa sangka? Ia pula, sepertinya, memang layak dijuluki sebagai Captain Marvel, Avengers pertama. Toh, kenapa selama ini ia tidak muncul di tengah-tengah kekacauan peperangan antariksa? Sepertinya ini bukan jawaban yang layak untuk kita bahas di sini. Avengers bisa saja kalah dengan Thanos. Pun, Avengers bisa saja menang telak dengan adanya bantuan lain. Hmm, barangkali.
Vers (Brie Larson) merupakan tentara dari pasukan Kree. Setiap malam ia dihantui oleh mimpi-mimpi buruk yang dating dengan pola yang sama dan dengan pesan yang tidak berubah. Latihan berkelahi menjadi ‘pelarian’-nya jika hal tersebut terjadi. Ia dilatih oleh petinggi pasukan, Yon Rogg (Jude Law). Vers sangat emosional, tidak mampu mengendalikan amarah, kekuatan, lengah, dan memiliki tekanan masa lalu. Selalu saja ia kalah jika bertarung dengan Yon Rogg, melepaskan kekuatan merupakan pilihan terakhrnya.
Atas mimpi-mimpi buruk tentang masa lalu yang menghantuinya itu, ia dipanggil oleh ‘Kecerdasan Tertinggi’ (Anette Bening) dan mendapatkan misi penting sebagai ujiannya. Namun siapa sangka, misi yang seharusnya menjadi langkah akhir ujian dirinya malah menjadi langkah awal untuk mengetahui bahwa siapa Vers sebenarnya. Penjemputan salah satu pasukan yang ditawan oleh Skrull, merupakan sebuah penyergapan yang diatur dengan matang oleh Talos (Ben Mendelsohn), pemimpin Skrull.
Vers berhasil dijebak, masuk perangkap, dan ditangkap. Teman-teman pasukannya angkat kaki dari planet tersebut. Skrull mencoba mengambil ingatan Vers. Mengaduk-aduk, menjadi potongan-potongan yang malah menjadi pertanyaan besar. Namun, karena begitu besar kekuatannya, ia berhasil lolos dan menyelamatkan diri ke Bumi. Pasukan Skrull dan Talos mengikutinya. Di sinilah awal Vers bertemu dengan agen Fury (Samuel L. Jackson) yang masih memiliki kedua mata yang sehat wal afiat.
Di bumi pula, ia hanya bermaksud mendahului Skrull untuk menemukan kekuatan inti (Tresseract) dan mencari tau bahwa apa sebenarnya maksud dari mimpi-mimpi buruknya. Namun kenyataan sedang berpihak pada Carol Danvers (Brie Larson) – nama asli dari Vers yang dihapus ingatannya oleh bangsa Kree. Ia menemukan kekuatan inti yang ia cari, mendapatkan jawaban atas mimpi-mimpi buruknya, dan tau pihak mana yang sebenarnya lawan dan pihak mana yang seharusnya dijadikan rekan.
Seperti film-film besutan Marvel Cinematic Universe (MCU) lainnya, yang selalu saja mampu memanjakan mata penonton dengan editan-editan, animasi, dan grafik yang ciamik. Captain Marvel juga dinilai berhasil mendapatkan predikat tersebut. Captain Marvel sendiri mengambil latar 1990an, yang belum pernah ada di serial MCU sebelumnya. Itulah kenapa Captain Marvel ini menjadi sangat berbeda selain ‘hero’-nya seorang wanita.
Dalam film, tidak ada sedetik pun menyebutkan bahwa Carol merupakan Captain Marvel. Yang ada hanyalah penyebutan plesetan nama sebuah ilmuwan yang berasal dari bangsa Kree, Mar-Vell yang terdiri dari dua kata. Ketika adegan Nick Fury bersama Carol mencuci piring, di situlah Fury memplesetkan Mar-Vell menjadi Marvel dalam satu kata. Di situlah saya rasa ‘nama’ Marvel berasal.
Sedangkan untuk Avengers sendiri, Nick Fury mengambil kata tersebut ketika sedang menulis surat. Selintas ia melihat kata ‘Avenger’ di badan jet tempur pada sebuah foto Carol yang sedang menaiki jet tempurnya. Lantas ia mengubah judul surat tersebut dengan Avenger. Pertanyaan kenapa Carol disebut Captain Marvel sepertinya masih menjadi sebuah PR untuk dicaritahu kebenarannya.
Pelajaran besar yang diajarkan dalam film ini adalah perjuangan melawan diri sendiri. Melepaskan belenggu-belenggu yang menutupi kepercayaan diri, semangat, tangguh, dan terus berpihak pada kebanaran. Bahkan digambarkan pada film ini, ketika menjalani perjuangan ada kalanya kita terjatuh, saat itulah kita harus bangkit, berdiri tegak untuk menghadapinya lagi. Di saat itulah akhirnya kita melepas berbagai macam belenggu. Percaya pada kemampuan diri juga menjadi pesan besar yang dititip film ini.
Tidak se-simple itu, Captain Marvel juga menitip pesan untuk jeli dan teliti. Jangan percaya pada siapapun. Bisa jadi orang yang sudah lama dekat dengan kita, menjalani lika-liku kehidupan bersama, ternyata menyimpan kebohongan. Dan sebaliknya, musuh yang dikira melakukan perjuangan terhadap hal yang salah, bahkan dianggap ‘teroris’, ternyata memperjuangkan kebenaran dan sesuatu yang layak untuk dia dapatkan dan dimiliki, yaitu tempat tinggal.
Saya kira poin ini bisa dipakai saat-saat seperti ini. Saat dimana setiap orang memiliki kepentingan pribadinya, dan untuk melancarkan pencapaiannya itu, ia mengambil keputusan berbohong dan menutupi kebenaran. Hal itu pun berimbas pada pihak lain yang sebenarnya memiliki tujuan untuk mendapatkan haknya, tapi malah disangka ‘kiri’, menyeleweng, atau julukan-julukan semacamnya. Pesan yang sepertinya dianggap sepele pada hal berdampak besar.
Tak dipungkiri, film ini juga memiliki beberapa poin yang patut dikritisi selain diapresiasi. Film Captain Marvel merupakan bagian pengenalan super hero yang sebelumnya belum ada pada film-film MCU sebelumnya. Film ini tergolong pengenalan. Maka dari itu, konflik pada film ini belum terlalu besar dan yang dihadapi oleh Captain Marvel sendiri adalah dirinya sendiri. Captain Marvel ‘belum’ berkontribusi banyak dalam penyelamatan Bumi.
Keputusan Captain Marvel menyimpan Tresseract di bumi sepertinya akan menjadi perdebatan yang hangat bagi pecinta film-film MCU yang berkesinambungan ini. Meskipun, di bagian akhir film diperlihatkan bahwa Tresseract tersebut dimuntahkan oleh Goose di meja kerja Nick Fury, hal tersebut menjadi buah rasa penasaran tersendiri. Ketika plot cerita di balik, hal yang akan terjadi selanjutnya juga menjadi mudah ditebak. Suatu kesan yang jarang diberikan oleh MCU selama ini.
Terlepas dari itu, selepas menonton Captain Marvel saya dibuat harus menanggung rasa penasaran yang lebih besar lagi daripada sebelumnya. Ada sebuah scene di markas Avengers, ketika Captain America, Black Widow, War Machine, dan dr. Bruce (Hulk) sedang meneliti sinyal yang dikirimkan kepada ponsel Nick Fury yang dipakai untuk memanggil ‘seseorang’ dalam film Avengres : Infinity War. Beberapa percakapan berlangsung, Captain Marvel pun hadir di ruangan tersebut, entah bagaimana.
Hal itu menyuruh kita untuk menyisihkan jajan bulanan untuk menungu film Avengers yang akan dirilis April besok. Karena Captain Marvel akan ikut nimbrung di sana. Terlepas dari itu, film ini sangat cocok ditonton oleh anak di atasumur 13 tahun sampai kakek-nenek sekalipun. Film ini tidak mengandung unsure romantisme percintaan sedikit pun, yang ada hanya soal persahabatan, kepercayaan, dan percaya diri.
Selain kisah heroik, rupanya banyak hal yang bisa dipetik dari film ini. Selain beberapa pelajaran yang saya sebutkan di atas, pastinya setiap orang juga mampu menangkap pesan-pesan positif yang bisa diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Dan film ini juga menjadi pembahasan bagus bersama teman-teman, terlebih jika menontonnya bersama dan membahasnya ngawur entah kemana. Hitung-hitung mempererat persahabatan dan talisilaturrahmi.
Fresh Crew: Awla Rajul / Kontributor
Editor Fresh : Rizky Syahaqy