Menengok Sejarah Tradisi Halal Bihalal di Indonesia
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Setelah melaksanakan puasa Ramadhan selama satu bulan penuh, saatnya hari kemenangan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim pun tiba! Yap, Hari Raya Idul Fitri. Di Indonesia sendiri, Idul Fitri lebih dikenal dengan sebutan lebaran. Salah satu tradisi yang selalu hadir di hari raya ini adalah halal bihalal. Apakah Fresh Reader sudah tahu sejarah dari tradisi halal bihalal ini?
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), halal bihalal adalah hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa ramadhan. Biasanya kegiatan diadakan sekelompok orang di sebuah tempat (auditorium atau aula dan sebagainya). Halal bihalal juga didefinisikan sebagai silaturahmi.
Menurut M. Quraish Shihab, halal bihalal berasal dari kata majemuk bahasa Arab. Kata halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi). Kata tersebut artinya penyelesaian masalah, mencairkan yang beku, dan melepaskan ikatan membelenggu. Meskipun diambil dari bahasa arab, namun tradisi halal bihalal ini asli dari Indonesia, lho.
Ada berbagai macam versi mengenai sejarah lahirnya tradisi halal bi halal di Indonesia.
Dilansir dari www.nu.or.id, istilah halal bihalal dipercaya merupakan istilah yang diciptakan oleh Kiai Abdul Wahab Chasbullah, salah seorang kiai Nahdlatul Ulama. Menurut versi tersebut, sejarah halal bihalal bermula pada tahun 1948 kala Indonesia baru berdiri dan dilanda gejala disintegrasi bangsa. Di mana banyak perseteruan di antara elit politik dan pemberontakan DI/TII maupun Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pada saat itu, Kiai Abdul Wahab mengusulkan untuk mengumpulkan semua tokoh politik dalam acara silaturahmi bertepatan dengan hari raya yang akan datang. Tetapi, Soekarno menganggap silaturahmi biasa tidak akan membuat para politisi tertarik dan mau datang, ia pun menginginkan istilah lain yang berbeda.
Kemudian, muncullah ide dari Kiai Wahab untuk membuat acara halal bihalal. Menurutnya, para politisi bisa diberi pengertian bahwa sikap saling menyalahkan di antara mereka itu adalah sesuatu yang salah dan haram. Karena haram, maka harus dibuat halal dengan cara saling bertemu, duduk satu meja, dan saling memaafkan.
Acara halal bihalal pada hari raya tersebut berhasil dilaksanakan. Acara ini kemudian dilanjutkan oleh instansi-instansi pemerintah di bawah kekuasaan Bung Karno sampai akhirnya diikuti oleh masyarakat luas sampai saat ini.
Tradisi serupa dengan halal bihalal diyakini sudah ada sejak masa Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Saat itu, untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya, setelah salat Idul fitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.
Pada pertemuan ini diadakanlah tradisi sungkem atau saling memaafkan. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halal bihalal.
Itu dia Fresh Reader sejarah dari tradisi halal bilhalal. Semoga setelah kita mengetahui sejarah tradisi halal bi halal membuat silaturahmi semakin bermakna, bukan hanya sebagai momen saling memaafkan, tetapi juga melestarikan tradisi positif ini. Akhir kata, selamat hari lebaran, mohon maaf lahir dan batin. Sampai berjumpa di Idul Fitri tahun selanjutnya!
Fresh Crew : Silmi Hakiki/Magang Suaka
Editor Fresh : Aurora Rafi N/Suaka