Mengenal Penyebab Perilaku Social Loafing Pada Mahasiswa
FRESH.SUAKAONLINE.COM – “Ah, tenang saja aku kan sekelompok dengan yang rajin. Tugasnya pasti diberesin sama dia!” Pernakah Fresh Reader mendengar perkataan seperti itu? Sebagai mahasiswa, pembagian tugas dalam kelompok memang terkadang menjadi permasalahan yang sering terjadi.
Ketika kita digabungkan dengan rekan yang kurang berkontribusi, pasti ada rasa kesal yang timbul, bukan? Hal ini karena seseorang yang kurang berkontribusi kerap kali mengganggu alur pengerjaan tugas. Fenomena inilah yang dikenal dengan social loafing.
Social loafing adalah istilah untuk menggambarkan suatu kondisi dimana seseorang melakukan usaha lebih sedikit saat berada di dalam suatu kelompok. Perilaku ini pertama kali ditemukan oleh Max Ringelmann pada tahun 1913 dan dikenal sebagi efek Ringelman.
Saat itu, Max yang berprofesi sebagai insinyur menyuruh sejumlah orang untuk menarik sebuah tali. Dia menilai bahwa seseorang akan mengerahkan upaya lebih besar saat menarik secara individu ketimbang berkelompok.
Dalam artikel yang ditulis oleh Bibb Latane, Kipling Williams dan Stephen Harkin yang berjudul Many Hands Make Light the Work: The Causes and Consequences of Social Loafing menyebutkan bahwa semakin besar kelompok, semakin sedikit upaya yang diberikan setiap individu.
Mereka meyakini bahwa ini karena kelompok yang lebih besar berarti lebih sedikit upaya yang diberikan setiap individu. Lalu apa penyebab dari timbulnya social loafing pada seseorang?
Penyebab adanya perilaku ini antara lain, kurangnya rasa tanggung jawab terhadap sesuatu yang menyebabkan ketidak pedulian terhadap hal yang diamanahkan. Mereka cenderung sulit untuk diminta untuk mengerjakan sesuatu dan mengalihkannya kepada orang lain. Kedua, seseorang yang kurang motivasi juga cenderung berperilaku malas dan mengabaikan tugas.
Selanjutnya, adanya ketidakjelasan struktur kelompok juga bisa membuat pembagian tugas perindividu dalam sebuah kelompok terganggu. Alhasil, anggota tim merasa bingung untuk mengerjakan tugas yang mana. Kemudian, kurangnya interaksi kelompok juga menyebabkan minimnya rasa solidaritas sesama tim.
Perilaku ini harus dihindari, karena memilik efek yang buruk untuk diri sendiri dan orang lain. Mereka yang memiliki sifat social loafing merasa pekerjaan akan selesai tanpa harus berkontribusi apapun. Pada akhirnya hasil tugas dari pengerjaan kelompok kurang maksimal bahkan bisa gagal karena kurangnya kontribusi kepada tim.
Ada beberapa hal bisa diterapkan untuk mengatasi perilaku ini. Pertama, kita bisa melakukan identifikasi tugas serta selalu berkoordinasi dengan rekan atau ketua tim.
Selanjutnya, kita harus bersikap tegas dalam mengerjakaan tugas yang sudah diberikan serta mengapresiasi orang lain atas tugas yang telah mereka kerjakan.
Sadar akan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan juga merupakan salah satu antisipasi untuk menghindari perilaku ini. Sebagai mahasiswa, kita harus sadar akan amanah yang sedang di emban serta mengurangi sikap malas dalam mengerjakan sesuatu.
Nah, itulah beberapa penjelasan mengenai penyebab serta cara mengatasi social loafing. Setelah membaca tulisan ini, semoga kita semua bisa terhindar dari sifat social loafing, ya. Karena bagaimana pun, kontribusi dalam pekerjaan kelompok adalah hal yang amat penting. Semoga bermanfaat!
Sumber: Pratama, Kardila Desta., Aulia, Farah. (2020). Faktor-faktor yang Berperan dalam Pemalasan Sosial (Social loafing) : Jurnal Pendidikan Tambusa 4(2), Hal 7
Harahap, Rani Aprilia., Rusli, Devi. (2019). PENGARUH FAKTOR KEPRIBADIAN TERHADAP SOCIAL LOAFING PADA MAHASISWA : Ejournal UNP, Hal 2-4
Fresh Crew : Alisya Darmayanti/Suaka
Editor Fresh : Aurora Rafi N/Suaka