Mengenal Social Fatigue, Kelelahan Sosial Akibat Interaksi Berlebih
(Freepik.com)
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Dalam kehidupan sehari-hari, bersosialisasi dengan orang lain menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari. Karena sejatinya, manusia adalah makhluk sosial yang memang dalam kegiatannya selalu membutuhkan orang lain. Namun, pernah kah Fresh Reader merasa lelah saat bersosialisasi ? Jangan diabaikan, karena perasaan lelah ini disebut dengan social fatigue.
Melansir dari laman akurat.co, social fatigue atau kelelahan sosial merupakan suatu fenomena psikologis yang menimpa seseorang setelah berinteraksi dan melakukan komunikasi dengan orang lain secara terus-menerus, hingga akhirnya menimbulkan kebosanan. Rasa bosan ini lama-lama akan menguras energi secara berlebihan.
Dosen Psikologi UIN SGD Bandung, Elly Marlina, menyatakan bahwa rasa bosan yang dirasakan merupakan sebab dari seseorang mengalami social fatigue. “Kelelahan sosial itu biasanya dialami oleh orang-orang yang terlalu banyak bersosialisasi, berinteraksi, jadi dia terlalu lelah mungkin dia bosan, mungkin sudah tidak mood, sehingga menimbulkan kelelahan sosial,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (17/03/2023).
Pada umumnya, fenomena social fatigue ini dialami oleh orang berkepribadian introvert, namun tidak menutup kemungkinan seseorang dengan kepribadian ekstrovert pun merasakannya. Hal itu turut dirasakan oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya, Iqbal (bukan nama sebenarnya). Sebagai orang ekstrovert ia mengaku seringkali mengalami social fatigue.
Hal ini sering ia rasakan terutama saat berada dalam suatu konflik saat tengah berinteraksi. “Interaksi sama orang kan ga selalu baik-baik aja ya, jadi kalo udah ada suatu konflik, aku merasa ini tuh mengganggu banget. Nah berangkat dari interaksi negatif itu yang bikin lelah,” ungkapnya saat diwawancarai melalui Zoom Meeting, Kamis (09/03/2023).
Selaras dengan pengakuan Iqbal, Elly menjelaskan meskipun dorongan orang ekstrovert untuk bersosialisasi lebih besar, namun di satu sisi ia dapat mengalami kebosanan. Kebosanan bisa terjadi karena adanya ketidaksepahaman, konflik, atau kegiatan yang monoton yang pada akhirnya dapat menguras energi saat bersosialisasi.
Hal tersebut juga dirasakan oleh Mahasiswa UIN SGD Bandung yang berkepribadian introvert, Mila (bukan nama sebenarnya). Ia juga mengaku kalau sering mengalami kelelahan sosial saat terlibat konflik. Baik itu konflik batin dengan diri sendiri, teman, atau bahkan dengan dosen. Namun, dia menegaskan bahwa konflik di sini tidak selalu dalam artian bertikai.
Sementara itu, Mila mengaku kalau ia kerap kali merasa tidak enak badan saat sedang mengalami social fatigue. “Aku langsung pusing kepala jujur, tapi kalo pas ngerantau gini lebih ke fisik gitu impact nya, jadi sering banget meriang, mungkin karena banyak tugas gitu kali ya jadi nambah-nambahin,” ungkapnya melalui WhatsApp chat, Rabu (08/03/2023).
Gejala-gejala yang kerap kali dirasakan oleh orang yang sedang mengalami social fatigue tersebut dibenarkan oleh Elly. Menurutnya, orang yang sedang mengalami social fatigue gejalanya terasa secara fisik maupun psikis. Karena erat hubungannya dengan mental, sehingga orang yang mengalami social fatigue rentan mengalami psikosomatis.
Melansir dari laman Superyou.com, psikosomatis sendiri merupakan kondisi di mana gejala sakit fisik yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran dan emosi kita, bukannya dari suatu penyebab fisik seperti luka atau infeksi. Psikosomatis menyebabkan sakit yang dirasa pada fisik seperti sakit maag, sakit kepala, demam, dan lain hal sebagainya.
Lebih lanjut, Elly menjelaskan bahwa social fatigue memang bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental jika sudah sangat sering terjadi dan tidak segera ditangani. “Bisa menimbulkan (gangguan kesehatan mental), tapi belum tentu. Ketika seseorang itu bisa mengukur, kayaknya saya udah stop nih harus istirahat, saya harus ambil skala prioritas. Baru setelah baterainya penuh, baru berkegiatan lagi,” jelasnya.
Meskipun begitu, Elly menjelaskan bahwa fenomena social fatigue ini memang sangat wajar terjadi di semua orang. Sebab manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial, sehingga pasti kebutuhan interaksi dengan orang lain pasti muncul. Namun ketika interaksi tersebut dilakukan terus-menerus sehingga menguras tenaga, psikis, dan pikiran maka hal itulah yang dapat menyebabkan kelelahan.
Oleh karena itu, perlu sekali untuk memulihkan energi yang terkuras akibat mengalami social fatigue. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang paling sering digunakan orang yang sedang mengalami social fatigue untuk memulihkan energinya adalah dengan tidur dan beristirahat. Karena tidak dapat dipungkiri, tidur memang memiliki banyak manfaat, seperti memperbaiki suasana hati, meningkatkan daya ingat dan daya pikir, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan masih banyak lagi.
Hal ini sejalan dengan penuturan Elly yang mengatakan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah istirahat. Jadi manusia apabila tidak memberikan hak-hak kepada tubuhnya untuk beristirahat, pasti akan merasa lelah. Salah satu metode tidur yang paling baik digunakan untuk memulihkan energi adalah deep sleep.
Melansir dari laman Sehatq.com, secara umum deep sleep adalah tahap tidur yang dikaitkan dengan gelombang otak paling lambat. Deep sleep dianggap penting karena tahap tidur ini memungkinkan fungsi otak dan ingatan berjalan dengan semestinya. Tapi perlu diingat, bahwa deep sleep bukan berarti tidur dengan jangka waktu yang lama. “Deep sleep itu tidur yang betul-betul nyenyak, berkualitas sekalipun sebentar,” tutur Elly.
Jadi, jangan salah mengartikan kalau deep sleep itu berarti tidur yang lama ya, Fresh Reader! Justru, tidur yang terlalu lama dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti sakit kepala, meningkatkan risiko diabetes, memicu penyakit jantung, dan masih banyak lagi.
Cara lainnya yang bisa dilakukan untuk memulihkan energi adalah dengan diet bersosialisasi. Maksud diet bersosialisasi yakni membatasi interaksi sosial yang dilakukan. Caranya dengan menyusun skala prioritas. Kurangi interaksi sosial yang sekiranya bisa menimbulkan kelelahan sosial dan prioritaskan interaksi sosial yang memang diperlukan dan bermanfaat.
Elly menjelaskan, bahwa penting sekali untuk pintar dalam mengatur skala prioritas dan memberikan hak tubuh untuk beristirahat. Karena, kelelahan sosial yang berkepanjangan akan berakibat pada kelelahan mental yang bisa berujung pada terganggunya kesehatan mental. Bila sudah seperti itu, maka akan lebih sulit lagi penanganannya dan akan membutuhkan bantuan tenaga profesional seperti konselor maupun psikolog untuk membantu memperbaiki pola pikir.
Elly menambahkan, pada dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara orang dengan kepribadian introvert maupun ekstrovert saat mengalami social fatigue. Mereka harus kembali menyayangi diri sendiri, break terhadap segala macam yang membuat dia merasa berat. Pada dasarnya sama saja, berikan hak pada tubuh untuk beristirahat.
Nah itu dia Fresh Reader pembahasan mengenai social fatigue, mulai dari pengertian, gejala, hingga tips mengatasinya. Sejatinya, tubuh yang sehat berawal dari pikiran yang sehat. Untuk itu, peka lah terhadap kebutuhan diri sendiri. Prioritaskan kesehatan fisik dan psikis diri pribadi. Jangan memaksa untuk mem-push diri saat sudah merasa lelah.
Sumber: Superyou.com, Sehatq.com, Akurat.co
Fresh Crew: Nadia Ayu Iskandar/Magang
Editor Fresh: Fitri Nur Hidayah