Child Grooming, Manipulasi Baru dalam Hubungan Asmara

freepik
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Merajut kisah asmara terkadang menjadi impian indah yang didambakan oleh sebagian besar kawula muda. Memiliki rumah untuk merebah, berbagi isi kepala, dan ragam manfaat positif lainnya. Membuat sebagian orang dengan mudah membangun komitmen tanpa pertimbangan, termasuk dari segi usia. Apakah saat remaja Fresh Reader pernah terjebak dalam suatu hubungan dengan seseorang yang terpaut usia cukup jauh?
Seperti hubungan pasangan pemain drama layar kaca berusia 22 tahun dengan seorang remaja usia 15 tahun yang sempat menuai kontroversi lantaran jarak usia yang terbilang cukup jauh. Dari pemberitaan tersebut, tak ayal sang lelaki yang berusia lebih tua dituding sebagai pelaku child grooming. Lantas, apa yang dimaksud dengan child grooming?
Dilansir dari tirto.id, Child Grooming adalah aktivitsas membangun hubungan asmara yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dibawah umur. Child grooming merupakan gerbang utama yang dapat mengantarkan seseorang menjadi korban tindak pelecehan seksual. Hal ini dikarenakan sang pelaku secara perlahan akan membangun kepercayaan kepada korban yang mana akan membuka kesempatan untuk pelaku melakukan sebuah kejahatan.
Tahapan yang dilalui pelaku untuk memikat korban juga terbilang cukup halus. Selain dari segi penampilan, pelaku akan memperhatikan terlebih dahulu latar belakang keluarga korban sebagai akses mengenal kerentanan. Seseorang yang jauh dari pengawasan pihak keluarga, kekurangan dukungan sosial, atau memiliki masalah dalam hal kepercayaan diri. Berpotensi tinggi menjadi sasaran empuk pelaku untuk mendekat dan melakukan kekerasan emosi.
Ribuan perhatian, hadiah, dan segala bentuk kehangatan serta-merta ditawarkan. Hal ini dapat membuat seseorang merasa dicintai hingga akhirnya memutuskan untuk menjalin ikatan emosional. Bahkan membuka ruang bagi pelaku untuk membangun kepercayaan dengan kerabat dan keluarga. Jika sudah begini, tindakan manipulasi bisa saja mulai berperan. Kontrol dan kendali diri kita juga akan berpindah perlahan kepada pelaku.
Seiring berjalannya waktu, pelaku mulai berani secara alami memperkenalkan konten seksual secara repetitif serta mencoba untuk menormalisasi setiap sentuhan. Maka tujuan dari child grooming ini akan segera terealisasi. Ya, tindak pelecehan seksual. Dalam tahap ini, korban akan mulai merasakan dampak negatif. Baik berupa gejolak emosi yang campur aduk, cemas, kesulitan untuk tidur atau berkonsentrasi, hingga mulai menarik diri dari khalayak.
Orang dewasa dengan kuasa usia, seringkali memaksa remaja atau anak dibawah umur untuk tunduk pada apa yang dia anggap benar. Alhasil korban akan terjebak lebih lama dalam alur manipulasi yang dibuat pelaku. Untuk itu, jika Frresh Reader merasa tengah mengalami hal tersebut, ada baiknya untuk perlahan terbuka kepada orang terdekat, lebih mempelajari cara meningkatkan self esteem dan kepercayaan diri, atau dapat melaporkan hal tersebut ke pihak berwenang.
Namun, apabila posisi kita berada sebagai saksi atas kasus child grooming ini. Maka ada baiknya, kita belajar untuk merangkul korban tanpa menyalahkan. Sehingga dia dapat bercerita secara terbuka. Kita juga dapat segera membatasi akses komunikasi antara korban dan pelaku. Setelah itu, penting untuk mengumpulkan bukti digital yang dapat memperkuat laporan ke Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) atau Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPI).
Sumber: Formas Juitan lase, Edukasi Bahaya Child Grooming Kepada Anak di Bawah Umur. Jurnal Comunita Servizio, vol. 3, no. 2, tahun 2022, halodoc.com, klikdokter.com
Fresh Crew : Elsa Adila/Magang
Editor Fresh : Aurora Rafi N/Suaka